Pagi bagiku tak selalu membiru, terkadang ada semuburat abu-abu melintang bagai kumpulan asap pekat. dan hari ini, mentari meredup, tak ada tetarian tumbuhan yang selalu menjamu pandanganku. aku menutup mataku, terdengar nyanyian air. bergemericik. hati terjamah. menenangkan. ada sentuhan lembut melingkar dipinggangku, degup jantungku berdetak tak menentu, bagai ketukan kaki kuda kala berada dalam arena lomba.ku buka mataku terdorong oleh kekagetanku yang membumbung.
"siapa?"
tangan lembut siapa yang melingkar dipingganku? kau kah itu?
aku menoleh ke belakang. tak ada sipapapun. hanya ada segelintir orang yang tengah asyik bercengkrama dengan mendung, dengan gerimis, dengan angin, dengan tumbuhan, dengan tiang-tiang yang kini menjadi sandaran mereka, juga dengan air.
Lalu, tangan lembut siapa yang melingkar dipinggangku?? Akkhhh, sial. ternyata ini hanya ilusi ku saja. Stop!! jangan buat aku gila denga ilusi-ilusi yang hanya mengundang rindu bersampulkan abu-abu. Oh Robbi, hentikan aku dari kegilaan ini...
Aku putuskan beranjak dari tempat yang menjemukan ini, tempat ini hanya membuatku terus meratapi kegusaranku pada kerinduan, kerinduan pada waktu. yaa, waktu. waktu berdua denganmu. aku menelusuri jalan sempit yang diapit rumah-rumah klasik. gerimis mendarat dipunggung tanganku. hanya gerimis, kenapa tak turun hujan aja sekalian, sudah lama aku tak menikmati hujan. mungkin langit memang sedang memenjarankan hujan yang terlampau sering berbuat kegaduhan pada bumi yang masih nampak gersang.
Aku terduduk disudut, tempat dimana penat tak bisa menggerogotiku. disini, ada jendela yang selalu dapat memperlihatkan siluetmu. jelas. kenangan indah memang memncing pandangan mataku untuk selalu tertuju padamu.
"Hei, kesini deh. deketan. aku ingin kau kecup keningku (lagi). lalu, aku akan memlelukmu erat, sampai kau tak tak lagi mampu bernafas."
2012 di Jogja,
Ada hal yang tak dapat ku lupa darimu, biarlah ini jadi rahasiaku, kau tak perlu tau
Rss
Google+
Facebook
Twitter