“..Namun bila ada sedikit
ruang hati untuk kusinggahi, takkan pernah aku sakiti. Ringkih asa terbuai,
dunia kita berbeda. Takkan aku berharap dan takkan juga aku berpaling.”
Pagi berembun teracuhkan. Ada
sendu menonjok dada tak terelakan. Bulir-bulir kehampaan menyatu dengan waktu,
merambat pada tiap-tiap nadi juga aliran darah, menyempitkan ruang damai yang
sebelumnya memang sudah menyempit. Aku tersungkur. Aku tertatih dalam
kehamapaan yang sebentar lagi memuncak. Jangan sangka aku akan baik-baik saja
selepas ini. kamu salah! Kamu tau? Kemarilah, biar aku beri tahu sesuatu
padamu. Meninggalkanmu adalah beban terberat yang harus aku jalani. Coba
bayangkan, bagaimana aku menjalani hidup selepas ini? Aku yang biasanya mampu
memandangi lekuk wajahmu hanya dengan jarak beberapa inci saja, aku yang
biasanya leluasa memukul bahumu tanpa ada sekat apapun, aku yang biasanya akan
langsung mengigit jari-jemarimu ketika liar ini tak mampu lagi aku kendalikan,
kini kesemua itu hanya bisa aku ingat dalam sebuah monument bernama: kenangan.
Kenangan yang hanya akan membawaku pada lembah kerinduan yang berakhir pada
kepedihan. Kenapa bisa berakhir pada kepedihan? Sebab: rindu ini
meradang; menajam; meremas; sebelum waktunya.
“Hei! Rindumu sudah menepi di
langitku. Lihatlah ke atas, pada langit yang terhampar luas. Disana, aku
selipkan juga rinduku padamu pada kumpulan bintang bersayap yang menempel
di pipi langit lepas.”
“Aku berat jauh darimu”, katamu
beberapa waktu lalu padaku. Andai kamu tahu, sejujurnya, aku pun begitu. Aku
tidak bohong! Aku tak pernah benar-benar bisa meninggalkanmu. Kita harus
bersabar, kita harus kuat, kita tak boleh jatuh. Kita, pasti akan
baik-baik saja! Ini mungkin memang berat, tapi yakinlah, kita pasti
mampu melewati ini asalkan kita tetap saling menguatkan. Tenang saja! Aku pasti
kembali. Aku pergi untuk kembali. Kembali padamu yang setiap waktu masih
bersedia mengulurkan tanganmu untuk merengkuhku. Karena aku pun akan selalu seperti
itu. Semoga kita tidak jemu-jemunya mencuri kebahagiaan yang sudah Tuhan
tetapkan untuk kita. Ingat! Kita harus saling menguatkan, kita harus saling
menyembuhkan, kita tidak boleh saling menjatuhkan.
Jogja, 2013
Rss
Google+
Facebook
Twitter