Derai hujan menghadirkan
keromansaan pada malam. sesosok gadis bergaun merah berjalan dengan
langkah gontai menelusuri jalan yang tergenang air hujan. tangan kirinya
menggenggam kado berwarna abu-abu yang berisikan sebongkah hati yang
penuh goresan (luka). tadinya kado itu ingin ia berikan pada seseorang,
tapi ia urungkan, ia lebih memilih membuangnya ke lautan. lautan yang
terdalam. ia tak ingin menghadiahkan perasaannya yang luka (pada
seseoarng itu), karena ia juga tak mengerti perasaan itu tergores atas
dasar apa.
Gadis bergaun merah berjalan perlahan,
berjalan, dan terus berjalan menelusuri jalan yang tergenang air hujan.
sesekali ia menggunakan telapak tangan kanannnya untuk menutup mulut
guna menahan isak tangis. air matanya menyatu dengan derai hujan,
rambut sebahunya tergerai dan basah tersiram hujan. dilihatnya bangku
kosong berwarna hitam yang memiliki alas duduk cukup panjang, dipadu
dengan lampu temaram berwarna jingga keemasan. ia duduk. masih dengan
menggenggam kado berwarna abu-abu berisikan sebongkah hati yang penuh
goresan (luka). kali ini ia membiarkan isak tangisnya mengudara.
membiarkan hujan mendengar jeritannya.
“Aku mencoba untuk
tersenyum, tapi hatiku tak dapat menyembunyikan bahwa melepasmu membunuh
senyumku. aku tak rela bila kau mendiamkanku. aku hanya ingin berada
disampingmu, didekatmu, dipelukanmu. mungkin sebagai sahabat karibmu. “
masih
dengan airmata yang menyatu dengan hujan, gadis bergaun merah itu
melantunkan nada-nada berirama kesediahan.
"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu
“
(butiran debu, rumor)
Perasaan itu terus saja
menggerogoti kecceriaanya, keanggunannya seakan enggan menampakan diri.
gadis bergaun merah beselimut kelabu, wajahnya sendu, keceriaannya
membisu.
“kenapa perasaan seperti ini begitu menyiksaku??
masa bodoh bila kita tak menjadi sepasang kekasih. aku hanya ingin kau
ada (untukku), begitu juga aku yang akan selalu ada (untukmu). tertawa
bersama, saling bertukar cerita, atau mungkin berdansa bersama saat
hujan tiba. begitu tolol kah aku yang terluka karena hal semacam ini??
akhh.…masa bodoh."
Gadis bergaun merah melihat sekeliling,
mencari sesuatu, sebuah selokan atau tong sampah. untuk membuang kado
yang sedari tadi ia genggam. sialnya yang ia cari tak ditemukan. ia
beranjak dari tempat duduk dan berjalan beberapa langkah ke depan,
ditemukannya sebuah jembatan yang dibawahnya dialiri sungai yang cukup
luas dan panjang. suasana malam yang berbalut derai hujan membuat
jembatan nampak begitu menyeramkan. gadis begaun merah menghentikan
langkahnya (di jmbatan itu), pandangannya terarah pada aliran sungai
yang berada dibawah jembatan, tangan kanannya merebut kado berwarna
abu-abu yang sedari tadi digenggam oleh tangan kirinya. lalu ia
mengayunkan tangan kanannya sembari melemparkan kado berwarna abu-abu
yang berisikan hati penuh goresn (luka).
“pergilah
kau (luka)!! hanyutlah bersama derasnya aliran sungai yang malam ini
sedang bercumbu dengan hujan.”
Setelah
itu gadis bergaun merah berlalu, masih dengan langkah gontai ia terus
berjalan yang ditemani derai hujan.
jogja,
untuk
sesuatu yang pernah seperti bisikan angin malam yang menyejukan.
Rss
Google+
Facebook
Twitter