Hampir 3 hari kau mendiamkanku , kenapa? adakah yang salah dengan
aku? yaa, jelas. jelas ada yang salah dengan aku. aku kekasihmu, tapi
aku tak begitu perhatian (padamu). aku acuh. tapi sungguh, sungguh aku
menyayangimu. hanya saja mungkin aku terlalu pemalu. kau lewat
didepanku, tanpa menyapa atau sekedar memberi senyuman kau berlalu
begitu saja. hellow… kau mengacuhkan ku (lagi). apa mungkin kau sedang
balas dendam karena aku kerap kali mengacuhkanmu? marahkah kau padaku?
sepertinya aku harus melakukan sesuatu.
Malam itu, malam
sedang hujan juga mati lampu. aku mondar-mandir diserambi rumahku.
“aku
harus melakukan sesuatu”
aku menuju ke kamar, aku sobek
selembar kertas kecil dari notebook ku. aku memutar otak. aku harus
menulis sesuatu. aku putuskan untuk menulis kata “sorry” diselembar
kertas kecil tersebut, sedikit aku beri wewangian. lalu ku lipat bentuk
persegi panjang. kembali aku menuju serambi. pandanganku terarah pada
mawar putih yang tumbuh dari taman-taman yang berada dipelataran
rumahku. segera ku petik. ku cium, wanginya begitu semerbak.
payung
sudah ditangan. aku masih saja mondar-mandir diserambi rumahku. malam
yang sedang berselimut derai hujan juga mati lampu membuat nyali ku
sedikit menciut. tapi aku harus ke rumahmu, tentunya untuk menaruh
selembar kertas yang bertuliskan kata “sorry” (yang tadi aku tulis)
serta mawari putih semerbak yang juga tadi ku petik di pelataran rumah
ku.
“caraku mungkin memang konyol dan rada klasik.. bodo
amat lah. aku tak mau kau mendiamkanku. untuk itu aku melakukan ini
untukmu, yaa, tentu saja untukmu. “
percikan hujan sedikit
mengenai gaun ku. aku terus melangkah menuju rumahmu. langkah ku
hentikan, aku berdiam diri dibawah pohon mangga yang jaraknya kira-kira
sepuluh langkah dari rumahmu. semoga saja engga ada yang mengira aku
kuntilanak berpayung. sedikit ciut nyaliku untuk menaruh surat dan mawar
putih ini. aku urungkan niatku itu dan memilih kembali ke rumahku. tapi
akhirnya juga balik lagi ke bawah pohon mangga tadi . aku nekat. dengan
langkah mengendap-endap sepeti kucing yang mau nyolong pepes ikan aku
turuh itu surat dan mawari putih di serambi rumahmu. seperti pencuri
yang takut ketangkap satpam aku langsung aja ambil langkah seribu alias
lari. ihh, bodohnya aku. memalukan. akhh….bodo amat.
keesokan
harinya,
“ hei, semalam kau membuat aku takut saja. pake
ada mawar putih segala lagi”
“udah ah, ga usah dibahas.
aku malu.”
kalau aku inget-inget
itu kejadian, aku jadi cekikikan sendiri . bener-bener bodoh, konyol,
juga klasik. tapi karena kekonyolanku akhirnya aku dan kekasihku itu
kembali larut dalam kehangatan. tak ada lagi diem-dieman apalagi saling
mengacuhkan. Itu dulu..
Jogja,
cerita konyol dibeberpa tahun yang lalu.
Rss
Google+
Facebook
Twitter