Lagi, saya terbangun di 12 malam. sebab mimpi buruk. Horor deh,
dimimpi saya itu ada banyak mayat, ada liang lahat, gelap. ada
kekonyolan di mimpi saya ini. Saya bertaransformasi laksana wonder women
melawan salah satu mayat yang bangkit dari tidur panjangnya. saya sebut
itu pocong. sebenernya sih yang saya lawan ini lebih mirip mayat hidup
yang memakai gaun putih. lalu kenapa saya menyebutnya pocong? sebab dia
memakai kain kafan yang dibagian kepalanya diikat bak kunciran premen
sugus, hanya saja bagian bawahnya tidak.
Saya ketakutan,
ingin saya melancarkan aksi yang orang kebanyakan bilang “langkah 1000”.
Namun saya urungkan, saya bukan pengecut. "Hei pocong, saya tak takut
pada anda". saya mengeluarkan jurus-jurus yang lebih mirip tarian entah
itu tarian apa, lalu saya membacakan mantra dari lafal-lafal suci. Dia
belingsakan, kepanasan, dia mulai geram. dia menyemburkan sesuatu kepada
mata saya, dia ingin membuat mata saya buta. tapi secepat kilat saya
menghindar, dan saya terbangun. Di 12 malam (lagi).Akhhh, mimpi yang
konyol.
Saya menghembuskan nafas panjang sembari
beristighfar. Kurang lebih baru 1 jam saya tidur. keadaan ini membuat
pikiran saya semakin tak karuan. saya baru sadar seisi ruangan kamar
saya gelap, dan ternyata saya juga baru sadar bahwasannya lampu kamar
sengaja tak saya nyalakan. tidur dalam kegelapan cukup mengenakan. lagi,
saya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan sembari
beristighfar. Sepertinya saya akan susah untuk memejamkan mata (lagi).
Lampu saya nyalakan. Dalam keterjagaan ini ada semburat pelangi yang
berwarna abu-abu yang mulai menghitam, menghitam dan semakin menghitam,
menghiasi kamar saya. Sebab apa?? Akan saya uraikan disini.
Tema ini saya ambil tentunya beralasan. Kenapa saya
mengambil tema kisah gelap? yaa, sebab tak terjamah pandangan. Kisah
gelap antara aku dengan sesuatu yang aku sebut sebagai keindahan. itulah
dia. keindahan dia ketika diam yang laksana angin malam menyejukan,
keindahan dia ketika tersenyum menawan, keindahan dia ketika berjalan,
keindahan dia ketika duduk, keindahan dia ketika berbicara, keindahan
dia ketika….akhhh terlalu banyak keindahan-keindahan yang membuat saya
begitu tertarik (padanya). inilah ungkapan saya yang apa adanya.
Menjalani
kisah gelap ini mengundang sesak dihati, semoga ini tak membuat saya
mati. Hasrat saya ingin selalu memiliki (nya), namun waktu seakan
enggan memberikan ruang lebih luas, untuk saya dan mungkin juga untuk
sesuatu yang aku sebut keindahan itu. Singkat. “mungkin ini yang
terbaik” (katanya). ingin rasanya kala itu juga saya menghadiahkan hujan
padanya, namun hanya gerimis mungil yang saya suguhkan. itu pun mungkin
tak terlihat ( olehnya), sebab langit menghitam. akhh!! Saya harus
kuat.
Robbi….untuk yang kesekian kalinya dada saya sesak
karena “sayap-sayap yang patah”. Sungguh, saya ingin menangis dalam
dekapanMu, Robbi..
Saya beranjak dari pembaringan, mencari
sesuatu yang mungkin bisa melenyapkan pelangi yang menghitam itu.
mungkin semacam obat penenang. “Ala bidzikrillahi tatmainul qulub”
(dengan berdzikir hati akan tenang), sepertinya ini obat yang saya cari.
saya menuju kamar mandi, lalu menengadahkan tangan dibawah kran.
Berwudhu. saya percaya bahwasannya dengan berwudhu pun akan mendapati
hati yang tenang. dan lagi, saya menarik nafas panjang, menghembuskan
perlahan semabri beristighfar.
Astaghfiralloh….yaa Robbi,
kuatkan saya menghadapi ini. jangan biarkan hujan membanjiri kamar saya.
tidak juga untuk gerimis. dekap saya Yaa Robb, dekaplah saya. :’(
“Laa
Tahzan Innalloha Ma’ana” (Jangan bersedih sesungguhnya Alloh bersama
kita). Semangat Ami…. :D, entah siapa yang membisikan itu pada hati dan
pikiran saya, yang pasti saya berucap syukur karena dengan ini saya
semakin lebih tenang. ada kedamaian.
Saya pasti bisa
melewati ini. Hantaman malam dingin mengigil saja bisa saya taklukan,
keadaan seperti ini pun seharusnya bisa saya taklukan. yaa, walaupun
dalam konteks yang berbeda. saya yakin, saya bisa melewati ini. Harus!!
saya tak mau membiarkan gerimis menyentuh lantai berselimut daging,
apalagi hujan. “Laa Tahzan Innalloha Ma’ana”.
Untuk
sesuatu yang telah menghadiahkan hujan dan gerimis (padaku),
Hemmmm,
aku hanya dapat berucap terimakasih untuk keindahan yang seumur jagung
ini. bahkan lebih singkat dari seumur jagung. aku bahagia walaupun
akhirnya berujung nestapa. yaa, memang ini yang terbaik. aku selalu
mendo’akan untuk kedamaian hati mu, ketenanganmu juga kebahagian mu. aku
akan selalu menyayangi mu. bila kau ingin membunuh ku cukuplah dengan
kau membisu.
Saya Jadi teringat kalimat seseorang
yang selalu saya hormati dan saya kagumi:
“ mencoba bangikt dari
sakit untuk kembali sakit”.
Kalimat tersebut tidak terlalu
melenceng dari penggambaran suasana hati saya saat ini.
Semangat
ahhh….
Jogja menghitam yang berbingkai Gerimis
dan Hujan
Rss
Google+
Facebook
Twitter