“Disepertiga malam yang mistis”.
itu yang sering diucapkan
kawanku disela-sela obrolan konyol ku dengannya. kalimat ini sangat
meyihir otak ku hingga kini membatu. jadi apa salahnya jika aku tertarik
untuk meyisipkannya dalam tulisan ecek-ecek ku. kebetulan aku menulis
ini di waktu sepertiga malam. yang mistis.
“Disepertiga
malam yang mistis”,
Aku mengingatmu, aku mengajakmu dalam
fantasiku (lagi), lalu membiarkannya mengalir untuk memuaskan hasratku
yang kini merindukanmu. romantic. seperti alunan gitar bernada syahdu
yang dimainkan kawanku disepertiga malam yang mistis ini, sangat
menyentuh hingga tembus ke hati. Entah daya tarik apa yang membuat
hasrat rinduku membuncah padamu. seseorang yang kini terus menghantui
pikiranku. :D
Kemistisan disepertiga malam ini semakin
memperjelas kerinduanku terhadapmu. Teringat kala tangan itu membelai
kepalaku manja, menyentuh tanganku penuh mesra, dan senyum renyah nya
yang membuyarkan dilemaku. Kau selalu punya cara untuk menghipnotisku.
Hingga jatuh kepelukan mu. lalu siapa yang harus aku salahkan??
sedangkan ada seseorang disana yang katanya menyukaiku. andai aku
terlahir sebagai titsan siluman rubah, aku tak akan segan-segan berlari
kepelukanmu dan masa bodoh dengan seseorang yang menyukaiku itu. tapi
tidak, aku masih punya sedikit hati malaikat, setidaknya aku masih bisa
mengharagai perasaannya dengan menjadi seoarang teman yang baik baginya
(mungkin).
Kembali keseseoarang itu ,yang kini tak pernah
absen menghantui pikiranku,yang kini selalu membuatku rindu. Hidupku
sempet kacau karena ini, kerana tak bisa mengalirkannya ke realita,
lelah dengan dunia imajiner. Bukan bahagia yang aku dapatkan, melainkan
lara. ( kuat, kuat, kuat ). Bukan hanya itu, Sedikt tau apa yang ada
dihatimu, membuatku berat untuk melangkah lebih jauh ke hatimu. Dan
menjadi tambah berat ketika tau ada seseoarang disana yang katanya
menyukaiku. Dimana dia itu merupakan, akhhh….sudahlah, lupakan.
Robbi….
Aku ingin menyelami hatinya, aku ingin melukis pelangi dalam
kehidupannya, aku ingin berada dalam pelukannya, aku ingin mengelus-elus
rambutnya, aku ingin ia membelai kerudungku mesra,aku ingin tidur dalam
pangkuannya, aku ingin bersepeda ria di taman-taman wangi bersamanya,
dan aku ingin ia tau apa yang aku rasa. Robbi,Musnahkan saja apa yang
menjadi inginku ini, bila itu hanya membuat dada ku sesak dan tak
berselera memperjuangkan masa depan. yaa, Aku memang harus belajar
ikhlas menerima keadaan.
salahkah jika aku
menyukainya???
Asmara, asmara yang selalu berujung
nestapa. Walau tak selalu. Aku percaya, kelak kebahagiaan itu pasti
ada. dalam kehidupanku (lagi).
Jogja,
Untuk
siluet yang masih tersamarkan.
Rss
Google+
Facebook
Twitter