Hari ini aku diajak Shofie (si gadis bergaun merah) menjelajahi
lorong dunia yang belum pernah aku kunjungi, lorong yang penuh warna.
aku mengikutinya. shofie terus berjalan dengan langkah penuh kebebasan,
tidak seperti aku yang penuh kehati-hatian, penuh pertimbangan, juga
ketakutan. aku melihat sekeliling, ada banyak pasangan saling bercumbu
ria, bahkan ada juga yang melakukan hubungan badan. akhhh, shit!! tempat
apa ini?? aku tutup pandanganku dengan berlindung dibalik badan shofie.
"shofie, tempat apa ini??"
"ini surga, surganya para pengikut birahi."
"kenapa kau mengajakku ke tempat sepeti ini?? kamu pikir aku akan tergoda, hah?. jangan menyesatkanku."
"tenang
saja, aku tak bermaksud menyesatkanmu. aku cuma ingin kau tau tentang
duniaku sekarang ini. bukankah kau bagian dari diriku?"
"aku ingin pulang!!"
"sudahlah, kau tenang saja. tak ada sipapapun yang dapat melihatmu. percaya deh, mereka hanya bisa meliahat aku."
"oke, baiklah. aku tetep disini. aku ingin tau apa yang dapat kau laukan ditempat seperti ini"
Ada laki-laki yang menghampiri shofie, mereka nampak akrab sekali.
" namanya angin, dia pacarku". Bisik shofie ditelinganku.
shofie
benar, tak ada siapapun yang dapat melihatku, termasuk angin. yaa,
mungkin karena aku hanyalah bayang-bayangnya yang terlahir dari dunia
yang berbeda. aku perhatikan laki-laki yang kini sedang bercengkrma
dengn shofie. semakin aku perhatikan, aku semakin mengenali wajah
laki-laki tersebut. sial, dia kan laki-laki yang kawanku juga
menyukainya. jadi, shofie...
aku tak percaya ini. akhhh, sial. aku hanya bisa mengumpat tanpa ada seorang pun yang mendengarku. terkecuali shofie.
"sepertinya Perasaan memang membunuh akal sehatmu, shofie. jangan teruskan. akan ada beribu hati yang terluka karena ini."
shofie
tak menghiraukan, dia malah semakin menjadi-jadi, dia melumat mulut
angin. aku menutup pandangan dengan kedua telapak tanganku.
"aku
mencintainya. aku tak bisa kalau harus meredam perasaanku, aku bisa
mati. mengertilah, bila kau tak ingin ada hati yang terluka, kau tak
perlu memberi tahu siapapun, biar ini menjadi rahasia."
Aku
tak bisa terus-terusan seperti ini, menjadi saksi yang membisu. mereka
semakin menggila. Mereka berpelukan, berciuman. begitu mesra. aku tak
tahan melihat ini. aku mual. aku butuh sekantung plastik untuk muntah.
aku memilih berlari dan terduduk dibawah pohon. dari kejauhan, aku masih
bisa melihat mereka berciuman mesra. ada butir-butir lembut berlabuh
dipipi yang mengering. gerimis.
"haruskah aku membiarkan ini, sampai kapan? kebahgiaan siapa yang harus aku korbankan? "
###
simak besok episod selanjutnya.. ^_^
Hari ini, aku dengan obsesiku yang ingin membuat cerpen tapi masih belum kesampaian.
Rss
Google+
Facebook
Twitter