"Di bawah langit senja mengemas, ada air mata tumpah dari mata seorang lelaki. Hingga semuanya merpauh."
Senja yang rapuh, angin berdesir, daun-daun berguguran. Sambil
menggendong tasnya, Lelaki itu berjalan menyusuri jalanan beraspal.
Langkahnya begitu lirih, tubuhnya begitu lesu, wajahnya nampak sendu,
matanya pun nampak begitu sayu. Dia terlihat begitu kacau. berkali-kali
sepoi angin memainkan rambutnya hingga membuatnya semakin nampak kacau.
Langkahnya terhenti pada sebuah jembatan dimana dibawahnya ada sungai
kecil mengalir cukup deras. Aku coba mengambil kesimpulan: Seperti
itukah cerminan seseorang lelaki yang sedang dirundung duka karena
cinta? Ah, entahlah, aku tak berani bila harus bertanya padanya. Aku
lebih suka mengamatinya diam-diam dari jarak yang tak mungkin mampu dia
jangkau.
Waktu-waktu ini, aku memang kerap kali melihatnya melewati jalanan
itu, jalanan yang selalu nampak lengang oleh kendaraan, jalanan yang
tepi-tepinya dipenuhi rumput-rumput hijau dan beberapa pohon mahoni,
jalanan yang memilki sebuah jembatan, jembatan yang selalu nampak
menawan ketika senja tumpah memeluk sungai kecil yang ada dibawahnya.
Tiap kali aku melihatnya, selalu saja kekacauan yang terlihat didirinya.
Langkah lirihnya, tubuh lesunya, wajah sendunya, dan mata sayunya,
semaikn memperjelas kekacauan-kekacauan itu. Aku merasa iba, sejujurnya
aku ingin mendekatinya dan menanyakan apa yang sedang terjadi. tapi,
lagi-lagi aku tak berani bila harus bertanya padanya. Aku lebih suka
mengamatinya diam-diam dari jarak yang tak mungkin mampu dia jangkau.
Bagiku pribadi, kadang dia justru nampak lebih menarik bila sedang kacau
seperti itu. Seperti puisi yang keindahan sajak-sajaknya tak mudah
diterjemahkan karena tingkat kepuitisannya yang terlalu tinggi.
Senja semaikn rapuh, langit mendung, tak ada gerimis, tak ada hujan,
hanya ada lagu-lagu mengalun menyendukan waktu. Lelaki itu kembali
berjalan menyusuri jalanan beraspal menggendong tasnya dengan wajah yang
masih nampak kacau.
" Hei kamu! Apapun yang sedang terjadi padamu, aku ingin kamu tau
bahwa ada aku yang selalu siap membantu meleburkan kesepianmu. Aku masih
tetap aku yang dulu. Aku yang selalu mengagumi dan menyukai
keseluruhanmu juga apa adanya kamu. Kemarilah.. mendekatlah padaku."
2013, Jogja
Rss
Google+
Facebook
Twitter